Rabu, 27 Februari 2013

Sebuah Hujan Pelangi di Akhir February

Sebuah Hujan Pelangi di Akhir February
Kudapati ceritaku penuh dengan lembar. Lembar yang selalu aku isi dengan tinta sejarahku. Tak ada yang bisa menyangka apa yang akan terjadi kelak. Seperti kisah kemarin yang telah berguguran. Indah memang, tapi rasa sakit masih ada. Guguran itu telah terhembas oleh tiupan sang lembayung.
Sendiri selalu aku begitu. Mencoba menjadi tegar setiap kisah yang akan aku buat. Menjadi terpuruk pernah aku tulis dalam kisahku sendiri. Tersingkirkan dari ribuan orang seakan aku tak ada gunanya menjadi manusia. Terpojok sering aku alami. Semua menuntut apa yang menurutnya benar, mengeluarkan sifat asli yang ia miliki saat itu. Memcoba membela apa yang aku miliki, tapi ia tetap memaksa. Aku mengalah, tapi bukan berarti aku kalah. Ia memang lebih baik dariku, tapi waktu yang akan menjawab apa yang seharusnya menjadi kisahku dan kisahnya nanti. Ceritaku juga pernah bagaikan yang tak terhormat. Semakin perih jika ku buka. Gurau menyelimuti wajahku kini. Aku yang menjadi lemah karna keadaan kejam ini. Aku yang rapuh karena aku yang tidak bisa menjadi diriku sendiri. Sesal pasti ada dalam benakku. Hujan hari itu mulai turun lagi. Perlahan mulai menjadi deras. Tetesan yang membasahi semua yang ada. Menghanyutkan semua sejarah yang aku buat kemarin. Matahari enggan untuk menoleh kearahku. Menyembunyikan sinar hangat yang ia miliki. Awan menutupi luasnya langit di bumi. Sejarah itu berlalu oleh perputaran bumi yang terjadi.
Ceritaku kini, aku mencoba tegar dan bangkit.berserah pada tuhan untuk apa yang terjadi nantinya. Dan tak kusangka sosoknya hadir dalam sejarahku kini. Sosok yang tak pernah terduga selama ini. Dingin dan kaku itulah dia. Sosok yang seakan tak acuh dengan sekitarnya. Ketika aku terjatuh, ia selalu ada untuk membantuku bangun lagi. Ada saat aku gurau. Tanpa aku minta ia datang untukku. Bertanya, “kenapa mesti seperti ini?”. Sosok yang hangat. Sangat berbeda dengan sampul yang ia miliki selama ini. Aneh itu pasti ada. Tapi rasa itu tak lagi kuncup. Ceritaku kini gerimis menghampiriku. Sosoknya kini membuka lembar baru. Risih melihatnya. Menjauh itu pilihan yang tepat untukku. Entah apa yang terjadi sebenarnya. Melalu oleh kisahnya. Bulanku kini akan berakhir sebertar lagi. Gerimis tetap ada menyertaiku. Tapi ketika kekalutan masih ada pada tempatnya, sang fajar mulai menampakkan sinarnya. Membuatku kembali tersenyum. Mengatakan apa yang dirasa semestinya dan mengembalikan lembar yang telah terbuka. Kepadaku. Pelangi menghadiahkanku sejuta warna indah, ketika aku miliknya seorang. Hanya aku. Senja datang, mengatakan februaryku telah berakhir. Goresan sejarahku akhirnya terhenti.:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar