Jumat, 04 Mei 2012

cerpen => Harumnya Kau Gadis Desa


Harumnya Kau Gadis Desa
“Bel nanti kamu ikut perkemahan itu?”. Kata Mila disela-sela pelajaran biologi yang sedang berlangsung.
            “Kayaknya sih gak Mil, aku mau buat buku-buku daur ulang lagi biar bisa aku jual”. Kataku santai kepadanya.
Aku adalah Bella, anak desa yang mendapatkan beasiswa sekolah di SMA. Aku tinggal di rumah kosan yang tidak begitu jauh dari sekolah. Aku memberanikan diri untuk merantau sendiri ke kota karena aku ingin menjadi orang yang sukses dikemudian hari. Ibu sama ayahku sangat berharap akan hal tersebut. Mereka banting tulang untuk membiayai keluargaku di desa. Makanya aku juga berusaha mencari uang sendiri dari barang-barang bekas yang ada. Di sekolah aku menjadi murid yang lumayan pandai akibat dari usahaku.
Seminggu lagi sekolahku mengadakan perkemahan dalam rangka tengah semester. Tapi sayangnya aku tidak begitu tertarik dengan perkemahan itu. Selain karena biaya juga pekerjaanku yang masih banyak. Hari ini Mila mengajakku ke rumahnya untuk belajar bersama. Mila adalah sahabat terbaikku. Dia selalu ada disetiap aku membutuhkannya. Walaupun aku bukan orang yang mampu seperti dia, tetapi dia tetap mau mengajakku dan peduli denganku.

“Bel, ikut kemah itu yuk. Nanti aku bantuin deh bener”. Tanya Mila sambil memelas.
“Ah gak ah. Aku gak mau ngerepotin kamu. Masih banyak tugas yang mesti aku selesaikan”. Jawabku tenang.
“Ih Bela kagak seru ini. Giliran aku aja yang ngajakin pasti gak mau, giliran Rio aja pasti dimauin”. Sautnya dengan nada menyindir.
“Kamu apaan sih. Orang Rio ngajakin”. Belum selesai aku bicara Mila langsung memotongnya.
“Ngajakin pacaran kan. Ayolah ikut kenapa”. Sautnya sambil meledek.
“Iya, iya deh aku ngalah. Aku bakal ikut kemah itu”. Jawabku dengan senyum lebar.
“Yeyeyeye. Gitu dong dari tadi. Tenang deh kamu urusan bayarnya biar aku aja sebagai hadiah buat kamu”. Sautnya dengan senang.
Hari itupun tidak terasa cepat berlalu. Aku segera pulang ke tempat kos-kosanku.
***
Hari perkemahan itu akhirnya datang. Semua orang sudah bersiap-siap. Begitu juga dengan aku, walau hanya barang yang kubawa seadanya saja, tetapi itu tidak menghilangkan suasana perkemahan sekolahku. Mila selalu mengajakku kemanapun dia pergi. Maklum gitu-gitu dia takut juga kalo sendirian, makanya dia berusaha keras mengajakku.
Malam api unggun pun diadakan sangat meriah dan tidak disangka aku disuruh untuk menyakikan sebuah lagu malam itu. Terpaksa aku menyanyikan lagu “2 is better than 1”. Aku sudah terbiasa menyanyi, waktu ini tepatnya minggu lalu, aku baru saja menyelesaikan lomba penyanyi solo antar provinsi dan aku mendapat juara pertama. Sebagai apresiasi dari provinsi atas keberhailanku, mereka menjamin kuliahku nantinya. Sungguh tidah menyangka aku akan mendapatkan hadiah seperti itu.
***
Hari perkemahan berikutnya dilaksanakan berbagai acara yang menarik. Semua anak sangat menanti hari tersebut. Kami terbagi dalam beberapa kelompok untuk melakukan penjelajahan ke dalam hutan dan mencari bendera kuning sebanyak 3 buah. Aku dan Mila terpisah dalam pembagian kelompok itu.
Ketika sedang berusaha mencari bendera kuning itu, tiba-tiba aku melihat seekor ular di dekatku. Karena panic, aku berlari sekencang-kencangnya dan “Bruk”. Aku terjatuh terguling-guling dari puncak bukit hingga ke bawah. Ketika aku mencoba teriak, ada seseorang yang berusaha menolongku. Aku samar melihat wajah orang  itu dan aku keburu pinsan.
***
Ketika sadar, aku sudah mendapati diriku terbaring lemah di rumah sakit. Mila berada di sampingku. Kaki kiriku patah, jadi untuk sementara waktu aku harus tinggal di rumah sakit dahulu.
“Bel, kamu udah sadar? Ini semua salahku, aku yang memaksamu untuk ikut pergi”. Katanya sambil Mila menangis tersedak-sedak.
“Gak kok Mil, aku jatuh karena kesalahanku sendiri. Aku yang terlalu ceroboh menjadi orang”. Jawabanku sambil menghapus air mata lima.
“Enggak ini semua salahku. Aku patut dihukum karena ini”. Tambah Mila yang bersikeras karena dia yakin itu salahnya. “Sebagai gantinya kau akan merawatmu hingga sembuh. Mamah sama papahku sudah mengijinkanmu untuk tinggal di rumahku”. Tambahnya lagi.
Begitulah Mila, dia selalu bertanggung jawab atas semua yang dilakukannya. Dia sangat sayang kepadaku. Dia tidak mempunyai saudara di rumahnya. Mama sama papanya selalu pergi ke luar negeri untuk urusan kantornya.
***
Selama beberapa bulan aku tinggal di rumah Mila. Sekarang aku sudah bisa berjalan lagi tapi harus dengan alat bantu. Mila selalu membantuku dalam segala hal yang aku butuhkan. Memeang aku tidak suka diperlakukan seidtimewa itu. Jika aku bisa sendiri pasti aku yang akan melakukannya tanpa meminta bantuan kepadanya.
“Mil, waktu aku jatuh siapa sih yang nologin aku ?”. tanyaku sambil berusaha mengingat.
“Pangeran dari kahyangan tiga”. Jawabnya dnga tawanya yang lebar.
“Ih kamu itu, diajakin serius malah bercanda jawabnya”. Sautku ketika itu.
“Hehe. Kamu tahu siapa?”. Tanyanya sambil membuatku penasaran.
“Emang siapa kasih tahu dong”. Jawabku tambah penasaran.
“Pak satpam di sekolah. Hahaha”. Sautnya dengan tegas.
“Ih males dah sama Mila nih”. Jawabku dengan suntuk.
“Hehe. Maaf deh Bella. Waktu itu yang nolongin kamu itu si Rio. Dia kawatir banget sama keadaanmu yang dalam keadaan pinsan itu. Jadinya dia cepet-cepet deh bawa kamu ke rumah sakit. Tiap malem waktu kamu tidur dia selalu dateng ke rumah sakit buat liatin keadaan kamu. Oya, dia juga yang bayarin rumah sakitnya”. Ceritanya panjang lebar kepadaku.
Sungguh aku kaget mendengar kejadian yang selama ini terjadi yang tidak aku ketahui. Dan aku berfikir akan bertemu dengan Rio di keesokan harinya.
***
Janji pun sudah kubuat dengan Rio. Karena tidak enak dengan keterlambatanku, aku memilih setengah jam lebih awal untuk datang ke tepat janjian kita. 1 jam, 2, jam, 3 jam pun berlalu. Aku kawatir degan Rio yang selama ini tidak kunjung datang ke tempat itu. Dah aku memutuskan untuk pulang ke rumah.
Belum ada 5 menit aku di rumah, tiba-tiba Mila menelfonku.
“Bel, kamu dimana sekarang?”. Tanyanya dengan nada tergesa-gesa.
“Nih baru nyampek di rumah. Rio gak dateng ke tempat janjian kita. Udah 3 jam lebih aku nungguin dia di sana. Tapi gak kunjung-kunjung dateng juga tuh anak. Oya Mil kenapa?”. Tanya ku dengan keadaan yag masih kecewa.
“Bel, Rio Bel, Rio”. Jawabnya dengan nada panik.
“Mil Rio kenapa, dia kenapa? Coba cerita deh sekarang”. Jawabku dengan ikutan panic.
“Bel, Rio kecelakaan waktu dia mau ke tempat janjianmu. Sekarang dia lagi sekarat di rumah sakit”. Jawabnya dengan panic.
“Oh god, aku sekarang ke rumah sakit. Tunggu aku ya”. Tambahku.
Cepat-cepat aku berangkat ke rumah sakit. Di perjalanan aku melihat seorang ibu hamil yang sedang kesakitan. Tidak tega untuk meninggalkannya aku membantu ibu itu untuk pergi ke rumah sakit di dekat sana. Tapi rumah sakit itu bukan rumah sakit tempat penginapan Rio dirawat. Aku mencoba mencari kendaraan. Entah kenapa aku tidak ketemu satu pun. Terpaksa aku berjalan kaki menuju rumah sakit tempat Rio di rawat. Tiba-tiba saja Mila menelfonku lagi.
“Bel kamu dimana?? Rio lagi kritis nih cepetan kesini”. Kata Mila yang benar-benar panik.
Ketika aku akan menjawabnya tiba-tiba telfonnya terputus. Itu membuatku semakin panik saja.
***
Akhirnya aku sampai juga di rumah sakit. Ketika aku akan memasuki ruang ISU, aku bertemu dengan Mila. Mila terlihat sangat sedih.
“Terlambat Bel, terlambat. Rio udah pergi”. Sautnya sambil meneteskan air mata.
“Gak, gak, ini gak mungkin terjadi kan Mil. Kamu bohong kan Mil”. Jawabku tak percaya.
Mila tidak menjawab, dia hanya memberikan sebuah surat yang dititipkan oleh Rio. Tanpa berpikir panjang lagi aku memasuki ruang ISU dan mendapati bahwa Rio terbaring kaku di atas tempat tidur. Dan aku mencoba membangunkannya. Aku menangis dan tidak percaya dengan apa yang terjadi.
“Rio, sebenernya sudah lama aku sayang sama kamu, tapi kenapa kamu pergi ningggalin aku kaya gini. Kamu jahat Rio”. Kataku yang tidak terima akan kenyataan ini.
“Aku tidak jahat. I Love You too”. Kata Rio.
Aku terheran-heran dengan perkataan itu. Dan tiba-tiba
“Kejutan”. Semua masuk kedalam kamar ISU dan mereka langsung menyanyikan lagu happy birthday buat aku.
“Kalian ini iya udah bohongin aku, kamu juga Rio”. Kataku terharu dengan apa yang terjadi.
“Iya deh maaf. Will you be my love?”. Sautnya dengan membawa sebuah kado untukku.
“Terima, terima”. Teriak teman-teman.
“Ya, I will”. Jawabku tersipu malu di hadapannya.
Tiba-tiba Rio langsung menarikku dan mencium bibirku dengan lembut. Dan ternyata kartu yang diberikan Rio itu adalah kartu ucapan ulang tahun yntukku. Hari itu merupakan hari yang terindah untukku dan juga untuk Rio. Sungguh aku tak menyangkan akan kejadian itu. Makasih buat sahabatku tersayang, Mila dan kekasihku tersayang, Rio. Semoga hari ulang tahunku yang ke 17 itu menjadi kenangan terindah di hidupku walau aku anak desa. Tetapi aku adalah bunga desa yang mampu mengharumkan semua orang yang ada di sekitarku.

The End.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar