A. Konsep Laju Reaksi
Laju reaksi menyatakan laju
berkurangnya jumlah reaktan atau laju bertambahnya jumlah produk dalam
satuan waktu. Satuan jumlah zat bermacam- macam, misalnya gram, mol, atau
konsentrasi. Sedangkan satuan waktu digunakan detik, menit, jam, hari,
ataupun tahun. Dalam reaksi kimia banyak digunakan zat kimia yang berupa
larutan atau berupa gas dalam keadaan tertutup, sehingga dalam laju reaksi
digunakan satuan konsentrasi (molaritas) (James E. Brady, 1990).
Perhatikan reaksi berikut
Reaktan
→ Produk
Pada awal reaksi, reaktan
ada dalam keadaan maksimum sedangkan produk ada dalam
keadaan minimal. Setelah reaksi berlangsung, maka produk akan mulai
terbentuk. Semakin lama produk akan semakin banyak
terbentuk, sedangkan reaktan semakin lama semakin ber- kurang. Laju
reaksi tersebut dapat digambarkan seperti pada gambar 3.3.
konsentrasi R
setiap satuan waktu, dirumuskan sebagai:
Δ[R]=perubahan konsentrasi reaktan (M)
Δt =perubahan waktu (detik)
v =laju reaksi (M detik–1)
v =laju reaksi (M detik )
Tanda (–) artinya berkurang.
Berdasarkan gambar 3.3 terlihat bahwa produk semakin bertambah, sehingga laju reaksinya adalah bertambahnya konsentrasi P setiap satuan waktu, dirumuskan sebagai:
dengan:
Δ[P] = perubahan konsentrasi reaktan (M)
Δt =
perubahan waktu (detik)
v =laju
reaksi (M detik–1)
Tanda (+)
artinya bertambah.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Dari
hasil percobaan ternyata laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi,
luas permukaan, temperatur, dan katalis (James E. Brady, 1990).
·
Konsentrasi
Pada
umumnya, reaksi akan berlangsung lebih cepat jika konsentrasi pereaksi
diperbesar. Zat yang konsentrasinya besar mengandung jumlah partikel yang
lebih banyak, sehingga partikel-partikelnya tersusun lebih rapat
dibanding zat yang konsentrasinya rendah. Partikel yang susunannya lebih
rapat, akan lebih sering bertumbukan dibanding dengan partikel yang
susunannya renggang, sehingga kemungkinan terjadinya reaksi makin besar.
·
Luas Permukaan
Salah
satu syarat agar reaksi dapat berlangsung adalah zat-zat pereaksi harus
bercampur atau bersentuhan. Pada campuran pereaksi yang heterogen, reaksi
hanya terjadi pada bidang batas campuran. Bidang batas campuran
inilah yang dimaksud dengan bidang sentuh. Dengan memperbesar luas bidang
sentuh, reaksi akan berlangsung lebih cepat.
·
Temperatur
Setiap
partikel selalu bergerak. Dengan menaikkan temperatur, energi gerak atau
energi kinetik partikel bertambah, sehingga tumbukan lebih sering
terjadi. Dengan frekuensi tumbukan yang semakin besar, maka kemungkinan
terjadinya tumbukan efektif yang mampu menghasilkan reaksi juga semakin
besar. Suhu atau temperatur ternyata juga memperbesar energi potensial
suatu zat. Zat-zat yang energi potensialnya kecil, jika bertumbukan akan
sukar menghasilkan tumbukan efektif. Hal ini terjadi karena zat-zat tersebut
tidak mampu melampaui energi aktivasi. Dengan menaikkan suhu, maka hal ini
akan memperbesar energi potensial, sehingga ketika bertumbukan akan
menghasilkan reaksi.
Katalis
Katalis
adalah suatu zat yang berfungsi mempercepat terjadinya reaksi, tetapi pada
akhir reaksi dapat diperoleh kembali. Fungsi katalis adalah menurunkan
energi aktivasi, sehingga jika ke dalam suatu reaksi ditambahkan katalis,
maka reaksi akan lebih mudah terjadi. Hal ini disebabkan karena zat-zat yang
bereaksi akan lebih mudah melampaui energi aktivasi.
C. Teori Tumbukan
Reaksi
kimia terjadi karena adanya tumbukan yang efektif antara
partikel- partikel zat yang bereaksi. Tumbukan efektif adalah tumbukan
yang mempunyai energi yang cukup untuk memutuskan ikatan-ikatan pada zat
yang bereaksi (James E. Brady, 1990).
Contoh tumbukan yang menghasilkan reaksi dan tumbukan yang tidak menghasilkan reaksi antara molekul hidrogen
(H2) dan molekul iodin (I2), dapat dilihat pada gambar 3.4.
H2(g) + I2(g) → 2 HI(g)
Sebelum suatu tumbukan terjadi, partikel-partikel memerlukan suatu energi minimum yang dikenal sebagai energi pengaktifan atau energi aktivasi (Ea). Energi pengaktifan atau energi aktivasi adalah energi minimum yang diperlukan untuk berlangsungnya suatu reaksi. Sebagai contoh adalah reaksi antara hidrogen (H2) dengan oksigen (O2) menghasilkan air, dapat dilihat pada gambar 3.5.
Ketika reaksi sedang berlangsung akan terbentuk zat kompleks terakti-vasi. Zat kompleks teraktivasi berada pada puncak energi. Jika reaksi berhasil, maka zat kompleks teraktivasi akan terurai menjadi zat hasil reaksi. Hubungan antara energi pengaktifan dengan energi yang diserap atau dilepaskan selama reaksi berlangsung dapat dilihat pada gambar 3.6.
Contoh tumbukan yang menghasilkan reaksi dan tumbukan yang tidak menghasilkan reaksi antara molekul hidrogen
(H2) dan molekul iodin (I2), dapat dilihat pada gambar 3.4.
H2(g) + I2(g) → 2 HI(g)
Sebelum suatu tumbukan terjadi, partikel-partikel memerlukan suatu energi minimum yang dikenal sebagai energi pengaktifan atau energi aktivasi (Ea). Energi pengaktifan atau energi aktivasi adalah energi minimum yang diperlukan untuk berlangsungnya suatu reaksi. Sebagai contoh adalah reaksi antara hidrogen (H2) dengan oksigen (O2) menghasilkan air, dapat dilihat pada gambar 3.5.
Ketika reaksi sedang berlangsung akan terbentuk zat kompleks terakti-vasi. Zat kompleks teraktivasi berada pada puncak energi. Jika reaksi berhasil, maka zat kompleks teraktivasi akan terurai menjadi zat hasil reaksi. Hubungan antara energi pengaktifan dengan energi yang diserap atau dilepaskan selama reaksi berlangsung dapat dilihat pada gambar 3.6.
D. Persamaan Laju Reaksi
Umumnya
reaksi kimia dapat berlangsung cepat jika konsentrasi zat-zat yang
bereaksi (reaktan) diperbesar (James E. Brady, 1990).
Secara umum pada reaksi:
xA + yB → pC+ qD
persamaan laju reaksi dapat ditulis sebagai:
Secara umum pada reaksi:
xA + yB → pC+ qD
persamaan laju reaksi dapat ditulis sebagai:
Persamaan
seperti di atas, disebut persamaan laju reaksi atau hukum laju reaksi.
Persamaan laju reaksi seperti itu menyatakan hubungan antara konsentrasi
pereaksi dengan laju reaksi. Bilangan pangkat pada persamaan di atas
disebut sebagai orde reaksi atau tingkat reaksi pada reaksi
yang bersangkutan. Jumlah bilangan pangkat konsentrasi pereaksi-pereaksi
disebut sebagai orde reaksi total. Artinya, reaksi berorde x terhadap
pereaksi A dan reaksi berorde y terhadap pereaksi B, orde reaksi
total pada reaksi tersebut adalah (x + y). Faktor k yang terdapat pada
persamaan tersebut disebut tetapan reaksi. Harga k ini tetap untuk suatu
reaksi, dan hanya dipengaruhi oleh suhu dan katalis.
Pada
umumnya,harga orde reaksi merupakan bilangan bulat sederhana, yaitu 1, 2,
atau 3, tetapi kadang-kadang juga terdapat pereaksi yang mempunyai orde
reaksi 0, ½, atau bahkan negatif.
KESIMPULAN :Laju reaksi dipengaruhi
oleh suhu, jadi semakin tinggi suhu suatu larutan, semakin cepat
pula larutan itu bereaksi.DISKUSI ;Larutan
lebih cepat bereaksi pada suhu yang tinggi.
Pengaruh suhu terhadap laju reaksi
Pertanyaan dan jawaban :Bagaimanakah
pengaruh suhu tehadap kecepatan reaksi antara larutan Na2S2O3 dengan larutanHCl ? Jealskan sebabnya
!
Jawab :Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi laju
reaksi suatu larutan. Apabila suhupada
suatu rekasi yang berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin
aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan
laju reaksi semakin besardan cepat. Sebaliknya, apabila suhu diturunkan,
maka partikel semakin tak aktif, sehingga lajureaksi
semakin kecil.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang
kami lakukan dan data yang kami peroleh, dapat disimpulkan bahwaa.
Semakin besar konsentrasi
larutan semakin sedikit pula waktu yang diperlukan untuk bereaksi.b.
Semakin besar konsentrasi
larutan, semakin cepat di peroleh suatu hasilreaksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar