Harumnya Kau
Gadis Desa
“Bel
nanti kamu ikut perkemahan itu?”. Kata Mila disela-sela pelajaran biologi yang sedang
berlangsung.
“Kayaknya sih gak Mil, aku mau buat
buku-buku daur ulang lagi biar bisa aku jual”. Kataku santai kepadanya.
Aku
adalah Bella, anak desa yang mendapatkan beasiswa sekolah di SMA. Aku tinggal
di rumah kosan yang tidak begitu jauh dari sekolah. Aku memberanikan diri untuk
merantau sendiri ke kota karena aku ingin menjadi orang yang sukses dikemudian
hari. Ibu sama ayahku sangat berharap akan hal tersebut. Mereka banting tulang
untuk membiayai keluargaku di desa. Makanya aku juga berusaha mencari uang
sendiri dari barang-barang bekas yang ada. Di sekolah aku menjadi murid yang
lumayan pandai akibat dari usahaku.
Seminggu
lagi sekolahku mengadakan perkemahan dalam rangka tengah semester. Tapi
sayangnya aku tidak begitu tertarik dengan perkemahan itu. Selain karena biaya
juga pekerjaanku yang masih banyak. Hari ini Mila mengajakku ke rumahnya untuk
belajar bersama. Mila adalah sahabat terbaikku. Dia selalu ada disetiap aku
membutuhkannya. Walaupun aku bukan orang yang mampu seperti dia, tetapi dia
tetap mau mengajakku dan peduli denganku.
“Bel,
ikut kemah itu yuk. Nanti aku bantuin deh bener”. Tanya Mila sambil memelas.
“Ah
gak ah. Aku gak mau ngerepotin kamu. Masih banyak tugas yang mesti aku
selesaikan”. Jawabku tenang.
“Ih
Bela kagak seru ini. Giliran aku aja yang ngajakin pasti gak mau, giliran Rio
aja pasti dimauin”. Sautnya dengan nada menyindir.
“Kamu
apaan sih. Orang Rio ngajakin”. Belum selesai aku bicara Mila langsung
memotongnya.
“Ngajakin
pacaran kan. Ayolah ikut kenapa”. Sautnya sambil meledek.
“Iya,
iya deh aku ngalah. Aku bakal ikut kemah itu”. Jawabku dengan senyum lebar.
“Yeyeyeye.
Gitu dong dari tadi. Tenang deh kamu urusan bayarnya biar aku aja sebagai
hadiah buat kamu”. Sautnya dengan senang.
Hari
itupun tidak terasa cepat berlalu. Aku segera pulang ke tempat kos-kosanku.
***
Hari
perkemahan itu akhirnya datang. Semua orang sudah bersiap-siap. Begitu juga
dengan aku, walau hanya barang yang kubawa seadanya saja, tetapi itu tidak
menghilangkan suasana perkemahan sekolahku. Mila selalu mengajakku kemanapun
dia pergi. Maklum gitu-gitu dia takut juga kalo sendirian, makanya dia berusaha
keras mengajakku.
Malam
api unggun pun diadakan sangat meriah dan tidak disangka aku disuruh untuk
menyakikan sebuah lagu malam itu. Terpaksa aku menyanyikan lagu “2 is better than 1”. Aku sudah terbiasa
menyanyi, waktu ini tepatnya minggu lalu, aku baru saja menyelesaikan lomba
penyanyi solo antar provinsi dan aku mendapat juara pertama. Sebagai apresiasi
dari provinsi atas keberhailanku, mereka menjamin kuliahku nantinya. Sungguh
tidah menyangka aku akan mendapatkan hadiah seperti itu.
***
Hari
perkemahan berikutnya dilaksanakan berbagai acara yang menarik. Semua anak
sangat menanti hari tersebut. Kami terbagi dalam beberapa kelompok untuk
melakukan penjelajahan ke dalam hutan dan mencari bendera kuning sebanyak 3
buah. Aku dan Mila terpisah dalam pembagian kelompok itu.
Ketika
sedang berusaha mencari bendera kuning itu, tiba-tiba aku melihat seekor ular
di dekatku. Karena panic, aku berlari sekencang-kencangnya dan “Bruk”. Aku
terjatuh terguling-guling dari puncak bukit hingga ke bawah. Ketika aku mencoba
teriak, ada seseorang yang berusaha menolongku. Aku samar melihat wajah
orang itu dan aku keburu pinsan.
***
Ketika
sadar, aku sudah mendapati diriku terbaring lemah di rumah sakit. Mila berada
di sampingku. Kaki kiriku patah, jadi untuk sementara waktu aku harus tinggal
di rumah sakit dahulu.
“Bel,
kamu udah sadar? Ini semua salahku, aku yang memaksamu untuk ikut pergi”.
Katanya sambil Mila menangis tersedak-sedak.
“Gak
kok Mil, aku jatuh karena kesalahanku sendiri. Aku yang terlalu ceroboh menjadi
orang”. Jawabanku sambil menghapus air mata lima.
“Enggak
ini semua salahku. Aku patut dihukum karena ini”. Tambah Mila yang bersikeras
karena dia yakin itu salahnya. “Sebagai gantinya kau akan merawatmu hingga
sembuh. Mamah sama papahku sudah mengijinkanmu untuk tinggal di rumahku”.
Tambahnya lagi.
Begitulah
Mila, dia selalu bertanggung jawab atas semua yang dilakukannya. Dia sangat
sayang kepadaku. Dia tidak mempunyai saudara di rumahnya. Mama sama papanya
selalu pergi ke luar negeri untuk urusan kantornya.
***
Selama
beberapa bulan aku tinggal di rumah Mila. Sekarang aku sudah bisa berjalan lagi
tapi harus dengan alat bantu. Mila selalu membantuku dalam segala hal yang aku
butuhkan. Memeang aku tidak suka diperlakukan seidtimewa itu. Jika aku bisa
sendiri pasti aku yang akan melakukannya tanpa meminta bantuan kepadanya.
“Mil,
waktu aku jatuh siapa sih yang nologin aku ?”. tanyaku sambil berusaha
mengingat.
“Pangeran
dari kahyangan tiga”. Jawabnya dnga tawanya yang lebar.
“Ih
kamu itu, diajakin serius malah bercanda jawabnya”. Sautku ketika itu.
“Hehe.
Kamu tahu siapa?”. Tanyanya sambil membuatku penasaran.
“Emang
siapa kasih tahu dong”. Jawabku tambah penasaran.
“Pak
satpam di sekolah. Hahaha”. Sautnya dengan tegas.
“Ih
males dah sama Mila nih”. Jawabku dengan suntuk.
“Hehe.
Maaf deh Bella. Waktu itu yang nolongin kamu itu si Rio. Dia kawatir banget
sama keadaanmu yang dalam keadaan pinsan itu. Jadinya dia cepet-cepet deh bawa
kamu ke rumah sakit. Tiap malem waktu kamu tidur dia selalu dateng ke rumah
sakit buat liatin keadaan kamu. Oya, dia juga yang bayarin rumah sakitnya”.
Ceritanya panjang lebar kepadaku.
Sungguh
aku kaget mendengar kejadian yang selama ini terjadi yang tidak aku ketahui.
Dan aku berfikir akan bertemu dengan Rio di keesokan harinya.
***
Janji
pun sudah kubuat dengan Rio. Karena tidak enak dengan keterlambatanku, aku
memilih setengah jam lebih awal untuk datang ke tepat janjian kita. 1 jam, 2,
jam, 3 jam pun berlalu. Aku kawatir degan Rio yang selama ini tidak kunjung
datang ke tempat itu. Dah aku memutuskan untuk pulang ke rumah.
Belum
ada 5 menit aku di rumah, tiba-tiba Mila menelfonku.
“Bel,
kamu dimana sekarang?”. Tanyanya dengan nada tergesa-gesa.
“Nih
baru nyampek di rumah. Rio gak dateng ke tempat janjian kita. Udah 3 jam lebih
aku nungguin dia di sana. Tapi gak kunjung-kunjung dateng juga tuh anak. Oya Mil
kenapa?”. Tanya ku dengan keadaan yag masih kecewa.
“Bel,
Rio Bel, Rio”. Jawabnya dengan nada panik.
“Mil
Rio kenapa, dia kenapa? Coba cerita deh sekarang”. Jawabku dengan ikutan panic.
“Bel,
Rio kecelakaan waktu dia mau ke tempat janjianmu. Sekarang dia lagi sekarat di
rumah sakit”. Jawabnya dengan panic.
“Oh
god, aku sekarang ke rumah sakit. Tunggu aku ya”. Tambahku.
Cepat-cepat
aku berangkat ke rumah sakit. Di perjalanan aku melihat seorang ibu hamil yang
sedang kesakitan. Tidak tega untuk meninggalkannya aku membantu ibu itu untuk
pergi ke rumah sakit di dekat sana. Tapi rumah sakit itu bukan rumah sakit
tempat penginapan Rio dirawat. Aku mencoba mencari kendaraan. Entah kenapa aku
tidak ketemu satu pun. Terpaksa aku berjalan kaki menuju rumah sakit tempat Rio
di rawat. Tiba-tiba saja Mila menelfonku lagi.
“Bel
kamu dimana?? Rio lagi kritis nih cepetan kesini”. Kata Mila yang benar-benar
panik.
Ketika
aku akan menjawabnya tiba-tiba telfonnya terputus. Itu membuatku semakin panik
saja.
***
Akhirnya
aku sampai juga di rumah sakit. Ketika aku akan memasuki ruang ISU, aku bertemu
dengan Mila. Mila terlihat sangat sedih.
“Terlambat
Bel, terlambat. Rio udah pergi”. Sautnya sambil meneteskan air mata.
“Gak,
gak, ini gak mungkin terjadi kan Mil. Kamu bohong kan Mil”. Jawabku tak
percaya.
Mila
tidak menjawab, dia hanya memberikan sebuah surat yang dititipkan oleh Rio. Tanpa
berpikir panjang lagi aku memasuki ruang ISU dan mendapati bahwa Rio terbaring
kaku di atas tempat tidur. Dan aku mencoba membangunkannya. Aku menangis dan
tidak percaya dengan apa yang terjadi.
“Rio,
sebenernya sudah lama aku sayang sama kamu, tapi kenapa kamu pergi ningggalin
aku kaya gini. Kamu jahat Rio”. Kataku yang tidak terima akan kenyataan ini.
“Aku
tidak jahat. I Love You too”. Kata Rio.
Aku
terheran-heran dengan perkataan itu. Dan tiba-tiba
“Kejutan”.
Semua masuk kedalam kamar ISU dan mereka langsung menyanyikan lagu happy
birthday buat aku.
“Kalian
ini iya udah bohongin aku, kamu juga Rio”. Kataku terharu dengan apa yang
terjadi.
“Iya
deh maaf. Will you be my love?”. Sautnya dengan membawa sebuah kado untukku.
“Terima,
terima”. Teriak teman-teman.
“Ya,
I will”. Jawabku tersipu malu di hadapannya.
Tiba-tiba
Rio langsung menarikku dan mencium bibirku dengan lembut. Dan ternyata kartu
yang diberikan Rio itu adalah kartu ucapan ulang tahun yntukku. Hari itu
merupakan hari yang terindah untukku dan juga untuk Rio. Sungguh aku tak
menyangkan akan kejadian itu. Makasih buat sahabatku tersayang, Mila dan
kekasihku tersayang, Rio. Semoga hari ulang tahunku yang ke 17 itu menjadi
kenangan terindah di hidupku walau aku anak desa. Tetapi aku adalah bunga desa
yang mampu mengharumkan semua orang yang ada di sekitarku.
The End.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar