Sebuah Hujan Pelangi di Akhir February
Kudapati ceritaku penuh
dengan lembar. Lembar yang selalu aku isi dengan tinta sejarahku. Tak ada yang
bisa menyangka apa yang akan terjadi kelak. Seperti kisah kemarin yang telah
berguguran. Indah memang, tapi rasa sakit masih ada. Guguran itu telah
terhembas oleh tiupan sang lembayung.
Sendiri selalu aku begitu. Mencoba
menjadi tegar setiap kisah yang akan aku buat. Menjadi terpuruk pernah aku
tulis dalam kisahku sendiri. Tersingkirkan dari ribuan orang seakan aku tak ada
gunanya menjadi manusia. Terpojok sering aku alami. Semua menuntut apa yang
menurutnya benar, mengeluarkan sifat asli yang ia miliki saat itu. Memcoba
membela apa yang aku miliki, tapi ia tetap memaksa. Aku mengalah, tapi bukan
berarti aku kalah. Ia memang lebih baik dariku, tapi waktu yang akan menjawab
apa yang seharusnya menjadi kisahku dan kisahnya nanti. Ceritaku juga pernah
bagaikan yang tak terhormat. Semakin perih jika ku buka. Gurau menyelimuti
wajahku kini. Aku yang menjadi lemah karna keadaan kejam ini. Aku yang rapuh
karena aku yang tidak bisa menjadi diriku sendiri. Sesal pasti ada dalam
benakku. Hujan hari itu mulai turun lagi. Perlahan mulai menjadi deras. Tetesan
yang membasahi semua yang ada. Menghanyutkan semua sejarah yang aku buat kemarin.
Matahari enggan untuk menoleh kearahku. Menyembunyikan sinar hangat yang ia
miliki. Awan menutupi luasnya langit di bumi. Sejarah itu berlalu oleh
perputaran bumi yang terjadi.
Ceritaku kini, aku mencoba
tegar dan bangkit.berserah pada tuhan untuk apa yang terjadi nantinya. Dan tak
kusangka sosoknya hadir dalam sejarahku kini. Sosok yang tak pernah terduga
selama ini. Dingin dan kaku itulah dia. Sosok yang seakan tak acuh dengan
sekitarnya. Ketika aku terjatuh, ia selalu ada untuk membantuku bangun lagi. Ada
saat aku gurau. Tanpa aku minta ia datang untukku. Bertanya, “kenapa mesti
seperti ini?”. Sosok yang hangat. Sangat berbeda dengan sampul yang ia miliki
selama ini. Aneh itu pasti ada. Tapi rasa itu tak lagi kuncup. Ceritaku kini
gerimis menghampiriku. Sosoknya kini membuka lembar baru. Risih melihatnya. Menjauh
itu pilihan yang tepat untukku. Entah apa yang terjadi sebenarnya. Melalu oleh
kisahnya. Bulanku kini akan berakhir sebertar lagi. Gerimis tetap ada
menyertaiku. Tapi ketika kekalutan masih ada pada tempatnya, sang fajar mulai
menampakkan sinarnya. Membuatku kembali tersenyum. Mengatakan apa yang dirasa
semestinya dan mengembalikan lembar yang telah terbuka. Kepadaku. Pelangi menghadiahkanku
sejuta warna indah, ketika aku miliknya seorang. Hanya aku. Senja datang,
mengatakan februaryku telah berakhir. Goresan sejarahku akhirnya terhenti.:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar